SEBAB TERJADINYA
KONFLIK DALAM ORGANISASI
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
TEORI KONFLIK
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam
ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang
primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang
pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang
Patron Klien.
Dalam interaksi dan interelasi sosial antar
individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu
konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat
negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat
berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya.
Penyebab
Konflik
Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan
paham antara para anggota organisasi. Perselisihan paham ini dinamakan konflik.
Konflik ini bisa muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi
tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi.
Konflik tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh
perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Sifat manusia ini
bukanlah hal yang dengan mudah bisa diubah.
1.
Persaingan Terhadap Sumber-sumber Daya yang Langka
2.
Ketergantungan Tugas
3.
Batas – batas Bidang Kerja
4.
Kriteria Kinerja Tidak Sesuai
5.
Perbedaan Dalam Tujuan dan Prioritas
Pengelolaan
Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
- Disiplin :
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah
konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan
yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan
untuk memahaminya.
- Pertimbangan
Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat
dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan
pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya : perawat junior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
- Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan
lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan
manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang
efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai
satu cara hidup.
- Mendengarkan
secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal
penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para
manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat
merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka
telah mendengarkan.
MEDIATOR
Peranan mediator
itu sendiri dipegang oleh sang ketua organisasi tersebut. Ketua harus bersikap
adil tanpa memihak pada keduabelah pihak yang berkonflik tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar